Minggu, 21 November 2010


WANAGAMA, Sepenggal Kisah Reboisasi Hingga Pohon Jati Pangeran Charles

Wanagama meliputi empat desa di Kecamatan Patuk dan Playen, Gunung Kidul, yang berjarak tempuh satu jam perjalanan menggunakan kendaraan bermotor. Sepanjang perjalanan berjarak 35 kilometer tersebut, kita dapat melihat pemandangan indah kota Yogyakarta dari ketinggian. Sampai di perempatan lampu merah setelah Rest Area Bunder, terdapat plang penunjuk jalan dengan tulisan Wanagama dan panah kanan. YogYES kemudian berbelok ke kanan menyusuri jalan yang mengecil namun tetap beraspal. Gapura bertuliskan Hutan Wanagama seolah memberitahu pengunjung bahwa mereka telah tiba di hutan yang mulai dibangun sejak 1964 ini.

Menghijaukan lahan kritis

Menyusuri Wanagama di masa sekarang, kita tak akan menyangka bahwa dahulunya tempat ini tandus dan gersang. Sebuah keadaan yang disebabkan oleh penebangan liar.

Keprihatinan akan kritis dan tandusnya lahan tersebut menggerakkan beberapa akademisi dari Fakultas Kehutanan Gadjah Mada untuk menghijaukannya. Dimulailah pekerjaan besar mereboisasi daerah yang berjenis tanah mediteran coklat kemerahan tersebut.

Proyek penghijauan itu dipelopori oleh Prof. Oemi Hani'in Suseno dan menggeliat sejak tahun 1964. Dengan bermodal uang pribadi, guru besar peraih anugerah Kalpataru (penghargaan tertinggi di Indonesia untuk urusan lingkungan) tersebut menanami Wanagama yang pada saat itu hanya seluas 10 hektar.

Kegigihan Prof. Oemi dan rekan-rekannya menanami lahan kritis menarik perhatian banyak pihak seperti pemerintah dan pecinta lingkungan. Mereka saling bekerjasama untuk mewujudkan Wanagama sehingga berupa hamparan hijau seluas 600 hektar seperti sekarang ini.

Miniatur hutan beragam tanaman

Hutan memang menawarkan sensasi kembali ke alam yang kental. Hal itu pula yang bisa didapat saat berwisata ke Wanagama. Di Wanagama kita seperti sedang berada di miniatur hutan yang berisikan banyak tanaman dari berbagai daerah.

Terdapat barisan jenis pepohonan yang akan menemani perjalanan menyusuri hijaunya Wanagama. Dimulai oleh pohon akasia, pohon penghasil bubur kayu yang menjadi primadona banyak perusahaan HTI (Hutan Tanaman Industri) di Indonesia. Dilanjutkan dengan pohon kayuputih, tanaman yang terkenal dengan minyak atsiri-nya yang berkhasiat untuk menghangatkan badan.

Selain itu ada juga barisan pohon pinus (Pinus merkusii). Deretan pohon yang banyak ditemukan di Sumatera bagian tengah ini cukup meneduhkan kala matahari bersinar dengan teriknya.

Wanagama masih memiliki banyak pepohonan, misalnya eboni (Diospyros celebica) Si Kayu Hitam dari Sulawesi, cendana (Santalum album) Si Pohon Wangi, murbei (Morus Alba) dan jati (Tectona grandis).

Selain tanaman, Wanagama juga memiliki keindahan lain berupa tiga aliran air yakni Sungai Oya, Sendang Ayu, dan Banyu Tibo. Ketiganya menawarkan kesegaran dan kesejukan saat lelah menghampiri setelah mengelilingi Wanagama.

Peninggalan Pangeran Charles di Gunung Kidul

Wanagama memiliki satu pohon yang membuat tempat wisata ini mendunia.

Tanaman itu adalah jati (Tectona grandis) yang ditanam Pangeran Charles saat berkunjung ke Wanagama pada tahun 1989. Konon terdapat hubungan unik antara pohon yang terkenal dengan sebutan Jati Londo ini dengan pernikahan Pangeran Charles dan Putri Diana. Saat bertinggi 1 m, pohon ini mengering berbarengan dengan pengumuman perpisahan pasangan Kerajaan Inggris tersebut. Entah apakah si pohon jati ikut berduka atas perceraian penanamnya.

Selain Jati Londo, Pangeran Charles juga meninggalkan rute yang menjadi favorit para pengunjung Wanagama. Rute tersebut berawal dari Wisma Cendana dan berakhir di Bukit Hell. Jalan menuju bukit itu hanya sepanjang 50 meter yang di kanan kirinya terdapat banyak pohon cendana.

Jati adalah salah satu jenis pohon yang paling banyak terdapat di Wanagama. Tanaman ini terkenal karena keawetan dan kekuatannya. Kelebihan jati amat terkenal hingga diwaspadai oleh angkatan laut Kerajaan Inggris. Manual kelautan Inggris menyarankan untuk menghindari kapal jung Tiongkok yang terbuat dari jati karena dapat merusak baja kapal marinir Inggris jika berbenturan (Wikipedia).

Wanagama dan Masyarakat sekitar

Wanagama tak hanya menjadi tempat tumbuh dan hidup berbagai jenis pepohonan, namun juga tempat bergantung hidup masyarakat sekitarnya. Masyarakat dan Wanagama bermitra serta menjalin hubungan yang saling menguntungkan kedua belah pihak.

Beternak sapi merupakan mata pencarian sebagian besar masyarakat sekitar Wanagama. Masyarakat diperbolehkan menanam rumput kalanjana di sela-sela lahan kosong Wanagama. Rumput tersebut menjadi makanan bagi sapi-sapi milik warga. Sebagai timbal baliknya, Wanagama mendapat pupuk kandang yang berasal dari kotoran ternak.

Selain itu, terdapat pula beberapa anggota masyarakat yang berjualan madu. Madu didapat dari peternakan lebah yang terdapat di sebelah timur laut Wanagama. Sama seperti rumput kalanjana, peternakan lebah juga berada di tengah rimbun lahan Wanagama. Stok madu biasanya berlimpah saat musim hujan, karena pada saat itu bunga bermekaran. Jika ingin membawa madu sebagai buah tangan, cukup mengeluarkan sekitar Rp 80.000 per botolnya.

Mengelilingi Wanagama memang cukup meletihkan, namun semua sebanding dengan kepuasan yang didapat. Kita akan terkagum dengan mahakarya reboisasi ini.




Tamansari

Tamansari adalah taman kerajaan atau pesanggrahan Sultan Yogya dan keluarganya. Sebenarnya selain Taman Sari, Kesultanan Yogyakata memiliki beberapa pesanggrahan seperti Warungboto, Manukberi, Ambarbinangun dan Ambarukmo. Kesemuanya berfungsi sebagai tempat tetirah dan bersemadi Sultan beserta keluarga. Disamping komponen-komponen yang menunjukkan sebagai tempat peristirahatan, pesanggrahan-pesanggrahan tersebut selalu memiliki komponen pertahanan. Begitu juga hanya dengan Tamansari.

Letak Tamansari hanya sekitar 0,5 km sebelah selatan Kraton Yogyakarta. Arsitek bangunan ini adalah bangsa Portugis, sehingga selintas seolah-olah bangunan ini memiliki seni arsitektur Eropa yang sangat kuat, disamping makna-makna simbolik Jawa yang tetap dipertahankan. Namun jika kita amati, makna unsur bangunan Jawa lebih dominan di sini. Tamansari dibangun pada masa Sultan Hamengku Buwono I atau sekitar akhir abad XVII M. Tamansari bukan hanya sekedar taman kerajaan, namun bangunan ini merupakan sebuah kompleks yang terdiri dari kolam pemandian, kanal air, ruangan-ruangan khusus dan sebuah kolam yang besar (apabila kanal air terbuka).

Bagian - bagian Tamansari:

  1. Bagian Sakral
    Bagian sakral Tamansari ditunjukkan dengan sebuah bangunan yang agak menyendiri. Ruangan ini terdiri dari sebuah bangunan berfungsi sebagai tempat pertapaan Sultan dan keluarganya.
  2. Bagian Kolam Pemandian
    Bagian ini merupakan bagian yang digunakan untuk Sultan dan keluarganya bersenang-senang. Bagian ini terdiri dari dua buah kolam yang dipisahkan dengan bangunan bertingkat. Air kolam keluar dari pancuran berbentuk binatang yang khas. Bangunan kolam ini sangat unik dengan pot-pot besar didalamnya.
  3. Bagian Pulau Kenanga
    Bagian ini terdiri dari beberapa bangunan yaitu Pulau Kenanga atau Pulau Cemeti, Sumur Gemuling, dan lorong-lorong bawah tanah.

Pulau Kenanga atau Pulau Cemeti adalah sebuah bangunan tinggi yang berfungsi sebagai tempat beristirahat, sekaligus sebagai tempat pengintaian. Bangunan inilah satu-satunya yang akan kelihatan apabila kanal air terbuka dan air mengenangi kawasan Pulau Kenanga ini. Disebutkan bahwa jika dilihat dari atas, bangunan seolah-olah sebuah bunga teratai di tengah kolam sangat besar.

Sumur Gemuling adalah sebuah bangunan melingkar yang berbentuk seperti sebuah sumur didalamnya terdapat ruangan-ruangan yang konon dahulu difungsikan sebagai tempat sholat.

Sementara itu lorong-lorong yang ada di kawasan ini dahulu konon berfungsi sebagai jalan rahasia yang menghubungkan Tamansari dengan Kraton Yogyakarta. Bahkan ada legenda yang menyebutkan bahwa lorong ini tembus ke pantai selatan dan merupakan jalan bagi Sultan Yogyakarta untuk bertemu dengan Nyai Roro Kidul yang konon menjadi istri bagi raja-raja Kasultanan Yogayakarta. Bagian ini memang merupakan bagian yang berfungsi sebagai tempat pertahanan atau perlindungan bagi keluarga Sultan apabila sewaktu-waktu ada serangan dari musuh.

Tamansari adalah sebuah tempat yang cukup menarik untuk dikunjungi. Selain letaknya yang tidak terlalu jauh dari Kraton Yogyakarta yang merupakan obyek wisata utama kota ini, Tamansari memiliki beberapa keistimewaan. Keistimewaan Tamansari antara lain terletak pada bangunannya sendiri yang relatif utuh dan terawat serta lingkungannya yang sangat mendukung keberadaannya sebagai obyek wisata.

Di lingkungan Tamansari ini dapat dijumpai masjid Saka Tunggal yang memiliki satu buah tiang. Meskipun masjid ini dibangun pada abad XX, namun keunikannya tetap dapat menjadi aset dikompleks ini. Disamping itu, kawasan Tamansari dengan kampung tamam-nya ini sangat terkenal dengan kerajinan batiknya. Kita dapat berbelanja maupun melihat secara langsung pembuatan batik-batik yang berupa lukisan maupun konveksi. Kampung Tamansari ini sangat dikenal sehingga banyak mendapat kunjungan baik dari wisatawan mancanegara maupun wisata nusantara. Tidak jauh dari Tamansari, dapat dijumpai Pasar ngasem yang merupakan pasar tradisional dan pasar burung terbesar di Yogyakarta. Beberapa daya tarik pendukung inilah yang membuat Tamansari menjadi salah satu tujuan wisata Yogyakarta Kraton Yogyakarta.


Kamis, 04 November 2010

Warung Makan Sari Laut Seje Dewe

Gunakan Kepiting Lokal Probolinggo yang Tak Kalah dengan Kepiting Tarakan

Jika Anda berkunjung ke Probolinggo, Jawa Timur sempatkanlah menikmati Sari Laut Seje Dewe yang terkenal kelezatannya di kota tersebut. Kota yang berbatasan dengan Pasuruan dan Situbondo ini, selain memiliki makanan laut yang cukup variatif juga memiliki temoat wisata seperti Gunung Bromo yang terkenal itu. Oleh karena itu, jika Anda penikmat makanan laut, dan berada di kota tersebut, tak salah jika mencicipi lezatnya seafood hasil kreasi Karyadi yang berlokasi di Jalan Jenderal Sudirman nomor 341, Probolinggo. Apa keistimewaan kepiting asam manisnya?

Probolinggo, salah satu kota di Jawa Timur yang jaraknya 90 km atau 3 jam berkendara dari pusat kota Surabaya. Kota ini memang terkenal dengan wisata alamnya yang sangat kesohor yaitu Gunung Bromo. Walaupun demikian, bukan hanya gunung Bromo yang menjadi andalannya tapi kota ini juga memiliki tempat wisata seperti Air Terjun Madakaripura yang merupakan tempat bertapanya Patih Gajah Mada. Selain itu, ada juga Pulau Gili Ketapang, pulau indah yang berada di timur Probolinggo yang mayoritas penduduknya adalah orang Madura. Tak heran, jika bahasa yang digunakan sebagian besar adalah dialek Madura. Pulau ini bisa ditempuh 30 menit dari pelabuhan Tanjung Tembaga, Probolinggo. Yang tak kalah menariknya, Kota ini juga memiliki Pantai Bentar Indah yang terletak di tepi jalan Surabaya-Banyuwangi, Kecamatan Gending 7 km dari kota Probolinggo, ke arah timur.

Selain wisata alam, Probolinggo juga memiliki wisata sejarah seperti Candi Jabung yang merupakan candi peninggalan Majapahit yang merupakan candi Hindu. Candi Jabung merupakan salah satu peninggalan sejarah yang terletak di desa Jabung, Kecamatan Paiton. Candi ini terbuat dari batu merah.

Seperti kota-kota pantai di daerah Jawa Timur, Probolinggo juga memiliki wisata kuliner yang cukup variatif di antaranya tempat makan seafood Sari Laut Seje Dewe yang menggoyang lidah. Nama Seje Dewe yang artinya ‘beda sendiri’ digunakan karena menuryt sang pemilik, Karyadi , seafood miliknya berbeda dengan tempat makan seafood lain yang ada di kota tersebut.
Perbedaan itu terletak pada bahan baku seafood yang digunakan adalah bahan baku kelas 1. Selain itu, teknik pengolahan yang bagus menghasilkan rasa yang enak…laziz… karena bumbunya bisa meresap denga optimal. “Sebenarnya dari awal berdiri namanya hanya Sari Laut saja, dan baru 4 bulan terakhir menggunakan tambahan nama Seje Dewe,”cetus pria kelahiran tahun 1971 ini.

Lokasi RM Sari Laut Seje Dewe berada di jalur utama kota Probolinggo tepatnya di Jalan Jenderal Sudirman nomor 341, Probolinggo. Anda bisa mampir juga ke kawasan wisata Pantai Bentar Indah yang jaraknya dengan RM Sari Laut Seje Dewe sekitar 7-8 km. Di sekitar rumah makan tersebut terdapat Pasar Lawas Probolinggo kurang lebih 200 meter dan ATM BCA kurang lebih juga 200 meter jaraknya. Warung Makan ini dibuka dari pukul 17.00 hingga 24.00 setiap hari dengan rata-rata pengunjung mencapai 100-150 orang sehari. Para pengunjung ini, selain dari Probolinggo juga ada yang berasal dari Pasuruan dan Lumajang. “Bahkan pelanggan dari Lumajang sebelum datang ke sini biasanya menelepon dulu supaya disiapkan,” ujar ayah dari Farid (17 tahun ), David (11 tahun ), dan Seedorf (3 tahun). Pelanggan yang datang juga dari berbagai kalangan seperti Kapolres, Kasatlantas, dan Dandim Tuban, juga artis pernah mampir di warungnya seperti kelompok band dari Lampung, Kangen Band.

Seperti halnya warung makan seafood lain, di depan warung tersebut terdapat spanduk bertuliskan Seafood Seje Dewe yang berukuran 3x1,5 meter sehingga mudah terlihat. Warung makan ini memiliki kapsitas tempat duduk sebanyak 34 kursi dan 6 meja, yang tampak selalu terisi.

Kepiting Asam Manis. Menurut pria yang hanya menamatkan pendidikan sampai Sekolah Menengah Pertama di Probolinggo ini, ada beberapa varian menu yang ditawarkan dengan harga sangat terjangkau, bahkan boleh dibilang murah untuk ukuran tempat makan seafood. Di antaranya satu porsi kepiting harganya hanya Rp 30 ribu, cumi Rp 8 ribu, udang Rp 20 ribu dan ikan dorang, krapu serta kakap harganya Rp 10 ribu/porsi. Untuk nasi putih dibandrol Rp 2.000 per porsi. Selain makanan, di warung ini juga disediakan berbagai jenis minuman seperti es jeruk, jeruk hangat, es teh dan teh hangat dengan kisaran harga Rp 1.500 – Rp 2.500.

Dari berbagai varian menu, kepiting asam manis menjadi pilihan favorit penikmat makanan laut. Ini dikarenakan ada anggapan umum dengan mengkonsumsi kepiting akan menambah stamina, tak salah apabila menu ini banyak dikonsumsi orang tua dan tentu saja anak muda.

Satu porsi menu kepiting asam manis berisi 2 ekor kepiting. Kepitingnya memiliki daging padat dan rasa kepiting sangat empuk setelah dimasak selama kurang lebih 5 menit, apalagi ditambah dengan bumbu campuran yang dihaluskan yang meresap ke dalam daging kepiting, dijamin Anda bakal kecanduan, apalagi harganya tak semahal harga di daerah lain.

Bumbu halus yang digunakan terdiri dari bawang merah, bawang putih, kemiri, kunyit, jahe, jinten, lada, daun bawang, penyedap rasa, dan kemiri. Ditambahkan Kariyadi bahwa kepiting asam manisnya menggunakan daging kepiting asli Probolinggo yang memiliki rasa yang gurih, dagingnya padat dan lembut tidak kalah rasanya dengan kepiting dari Tarakan-Kalimantan Timur. “Bahkan kepiting Probolinggo ini tetap enak dan bisa langsung dimakan walau hanya diolah direbus saja tanpa bumbu tambahan,” jelasnya.

Perbedaan utama kepiting asam manis Sari Laut Seje Dewe dengan kepiting asam manis tempat lain adalah pada proses pengolahannya. Ciri khas pengolahan kepiting warung tenda ini adalah saat awal pengolahan kepiting direbus dengan tambahan cabai rawit untuk menambah cita rasa pedas yang tajam dan air kaldu kepiting yang dihasilkan juga menjadi sedikit pedas. Selain dicampur degan cabe rawet saat perebusam juga ditambahkan minyak goring, agar daging kepiting tidak gosong. ”Saat merebus kepiting, air rebusannya jangan dibuang tapi air rebusan itu digunakan untuk kaldu karena yang menyebabkan enaknya masakan ini adalah air kaldunya dan saat merebus beri sedikit minyak goreng biar kepitingnya nggak gosong,” tambahnya. Selain itu yang membuat kental kuahnya karena bumbunya berpadu dengan penambahan saus tomat merek Chikko produksi kota Malang yang gurih, merah pekat, menambah lezat daging kepiting saus asam manis. Apalagi dimakan bersama nasi putih panas dan es jeruk yang segar, hmm lezat. Semua resep bumbu menu Seafood Seje Dewe diperoleh Karyadi dari hasil kreasinya sendiri dan ia biasanya meracik bumbunya tiap hari.

Beli Rumah dan Naik Haji dari Usaha Seafood

Karyadi memulai usaha warung seafood ini pada tahun 1996, dan awalnya hanya berupa warung tenda kaki lima yang lokasinya di Jl. Panglima Sudirman, Pasuruan. Barulah 4 bulan terakhir lokasi tempat makannya pindah ke tempat dengan bangunan rumah tapi masih di kawasan yang sama. Jadi pada awal usaha modalnya hanya Rp 1,5 juta untuk membeli peralatan dapur, meja, kursi ditambah dengan spanduk untuk tenda. Ia tertarik mengembangkan usaha tempat makan seafood karena memiliki pengalaman bekerja di warung seafood di Surabaya. Hal inilah yang mendorongnya untuk membuka usaha seafood di Probolinggo dan tak dinyana ternyata mendapat respons yang bagus dari masyarakat Probolinggo dan sekitarnya.

Bahan Baku dan Peralatan. Untuk peralatan seperti meja kursi, peralatan memasak dan makan dibeli di Pasar Turi, Surabaya-Jawa Timur sedangkan bahan baku untuk kepiting dan ikan laut dibeli per hari, misalnya untuk kepiting diambil dari supplier di kecamatan Gending, Probolinggo. Harga kepiting mentah Rp 50 ribu/kg yang apabila dimasak bisa menghasilkan 2 porsi, cumi Rp 23 ribu, udang Rp 40 ribu/kg, kakap Rp 17 ribu/kg, dan Dorang Rp 25 ribu/kg. Sedangkan sayuran serta bahan baku minuman seperti jeruk dibeli di Pasar Baru, Probolinggo.

Kini, setelah usahanya berjalan selama 11 tahun, Karyadi dibantu 9 orang karyawan dimana salah satu karyawan adalah adiknya yang kini bertugas sebagai juru masak. Sedangkan ia sendiri hanya membantu saja jika sedang banyak pelanggan supaya bisa meringankan tanggung jawab karyawannya. Delapan karyawan lainnya di bagian membuat minuman, membuat sambal, mencuci peralatan serta melayani pelanggan. Para karyawan ini digaji antara Rp 250 ribu – Rp 350 ribu per bulan.
Pondok Sate dan Sop Asmawi

Sate Kambingnya Ditumis Dulu Sebelum Dibakar


Menjajaki citarasa keunikan kuliner di kota baja Cilegon, akan membuat lidah Anda menari-nari merasakan cita rasanya yang menggoda. Coba saja jelajahi kekhasan rasa menu sate dan sopnya. Akan terasa bedanya. Ingin merasakannya? Anda bisa bertandang ke Pondok Sate dan Sop Asmawi yang berada di Jl. Raya Cilegon Serang, samping Optik Lily Kasoem.

Jarak kota Cilegon di ujung barat pulau Jawa yang berdekatan dengan laut utara Jawa menyeruakkan hawa panas kota yang sangat terasa saat Info Kuliner menjejakkan kaki di kota yang berada di antara Serang dan Merak ini. Namun justru lokasinya yang dekat dengan kawasan pantai, membuat kota ini bisa menjadi salah satu alternatif wisata terutama bagi mereka yang menyukai suasana pantai di saat liburan. Anda pasti familiar dengan salah satu objek wisata yang ada di sini yaitu Pantai Anyer. Di Anyer, Anda bisa memanjakan mata Anda dengan pemandangan indah pantai dan hamparan pasir putih. Untuk menuju Pantai Anyer, jaraknya dari kota Cilegon sekitar 8 km.

Kota yang menjadi pusat industri di kawasan Banten bagian barat ini terkenal dengan kawasan industri Krakatau Steel, letaknya yang berdekatan dengan Pelabuhan Merak sehingga menjadikan kota ini sebagai persinggahan sebelum menuju Pulau Sumatra. Bila Anda kebetulan berada di Cilegon dan ingin mampir mencari tempat makan yang bisa memenuhi selera makan Anda, Info Kuliner merekomendasikan salah satu tempat makan enak di kota ini. Anda pasti akan mudah menjangkaunya, karena lokasinya berada di Jalan Raya Cilegon, dan tampak ramai, yaitu Pondok Sate dan Sop Asmawi. Tempatnya sangat strategis karena diapit oleh pusat perbelanjaan Matahari, Ramayana, dan Pasar Baru Cilegon yang berjarak 300 meter dari rumah makan ini. Di sampingnya terdapat Optik Lily Kasoem. Anda juga bisa menemukan dengan mudah tempat penginapan yaitu Hotel Cilegon yang jaraknya sekitar 600 meter.

Kapasitas parkir rumah makan ini dapat menampung 4-5 buah mobil . Asap yang mengepul di bagian depan rumah makan membuat pandangan mata agak sedikit terhalang. Namun Anda jangan khawatir, saat masuk ke dalam ruangan Anda tidak akan merasa terganggu, karena letak pembakaran sate di pojok depan rumah makan.

Sementara bila sampai Cilegon, uang tunai Anda kebetulan menipis di tengah jalan, Anda bisa menuju mesin ATM BCA yang jaraknya 500 meter. Ada pula Bank UOB yang jaraknya sekitar 400 meter. Jika persediaan bensin sudah menipis Anda bisa mengisinya di SPBU yang berjarak 1 km dari Pondok Sate dan Sop Asmawi ini.

Adapun jenis sate yang dijual ada sate ayam, sate kambing, dan sate bebek,. Sedangkan untuk sopnya terdiri dari sop ayam dan sop bebek. Karena lezatnya, tak heran jika tempat makan ini tidak pernah sepi dari kunjungan pembeli. Buktinya setiap harinya ± 150 pengunjung datang ke warung ini. Bahkan warung ini juga menjadi langganan Pemda dan Polisi untuk bersantap siang. Artis Ponco Buwono dan pemusik Andi Rif juga pernah mencicipi lezatnya sate dan sop H. Asmawi. Untuk jam bukanya dari pukul 09.00-22.00.

Saat Info Kuliner menyambangi warung ini, siang itu terlihat semua karyawan mondar-mandir sibuk melayani pembeli. Pengunjung memenuhi hampir seluruh kursi ruangan yang memiliki 11 meja kayu panjang dan masing-masing meja dikelilingi kursi plastik sebanyak 6 buah. Ruangannya sederhana, dengan variasi tembok ruangan menonjolkan keindahan susunan batu-bata yang dicat merah dengan warna putih di tepinya tanpa lapisan semen di luarnya. Kapasitas tempat duduk ruangan rumah makan ± 60 orang.

Hari-hari biasa di luar bulan Ramadhan, sang pemilik Aan Subahlan, sering kewalahan meladeni pengunjung. Apalagi saat jam makan siang. Biasaya pukul 12 siang pengunjung sudah mulai berdatangan. Kebanyakan mereka datang berkelompok. Tak hanya di siang hari, rumah makan ini juga penuh saat malam hari. “Dengan dua menu ini aja kita udah keteteran, jadi belum bisa terlaksana untuk buat menu baru,” ujar menantu dari H.Asmawi ini yang lahir 6 Agustus 1970 ini.

Saat dihidangkan menu sop dan sate di meja terlihat pengunjung tidak sabar untuk melahapnya. Diakui oleh rata-rata pengunjungnya bahwa sop dan sate milik H. Asmawi ini paling enak se- Cilegon. Salah satu menu yang terkenal adalah Sop yang berisi tulang ayam yang masih ada sedikit daging yang menempel, yang dipadu dengan potongan kol, tomat, wortel, dan kentang.

Sop Ayam itu menjadi istimewa, karena bumbu yang digunakan untuk membuat sop ayam ini dari campuran pala bubuk, lada, jahe, bawang putih, bawang merah, dan garam, sop ini beda dengan sop ranjau kebanyakan yang berwarna kuning dari bumbu kunyit dan tidak memakai aneka sayuran.

Saat menghirup kuah sop terasa gurih. Sensasi mencari sisa daging pada tulang membuat pembeli penasaran. “Sop ayam ini menggunakan tulang ayam dengan alasan harga daging ayam sekarang agak mahal jadi kita menyiasatinya seperti itu, Alhamdullilah pembeli suka,” ungkapnya.
Untuk satenya kambingnya sendiri terasa sekali bumbu menyerap hingga ke dalam daging. Dagingnya menggunakan kambing muda, biasanya berumur lima tahun sehingga dagingnya empuk. Sedangkan bumbu yang digunakan berbeda dengan sate madura yang biasanya sebelum dibakar hanya dioleskan dengan kecap, tetapi kalau di warung ini sebelum dibakar dicelupkan ke dalam bumbu tumisan kemudian baru dibakar, setelah matang dihidangkan dengan bumbu kecap bertabur irisan cabe rawit, bawang merah, serta tomat.

Berbeda dengan sate ayam untuk sate ayamnya menggunakan bumbu kacang yang dikasih perasan jeruk nipis. “Karena bumbu cepat meresap ke daging ayam sehingga bumbunya lebih tepat menggunakan sambal kacang,” jelas Aan.
Adapun cara pengolahan daging kambing untuk dibuat sate supaya tidak berbau prengus adalah dengan cara memilih daging yang segar dan mengolahnya bersama bumbu-bumbu yang dihaluskan seperti bawang merah, bawang putih dan garam, sehingga bumbu yang masuk ke dalam daging bisa menghilangkan bau prengus. Untuk pembakaran satenya menggunakan arang batok kelapa, karena asapnya memberikan aroma yang pas dan panasnya bisa mempercepat proses pembakaran hingga ke bagian dalam daging, dan rasa daging juga tidak pahit karena abu arangnya sedikit. Sedangkan cara pengipasannya menggunakan kipas dari anyaman bambu sehingga proses pembakarannya lebih cepat.

Untuk bumbu kecap sate kambingnya, warung ini menggunakan merek kecap cap Korma. Lalu berapa budget yang harus dikeluarkan bila Anda mampir ke warung ini? Tak perlu khawatir harga makanannya akan menguras kantong, karena kisaran harga sop ayam Rp 9.000, sedangkan untuk sate kambing Rp 10.000.